Hari ke-17
Pagi-pagi sudah turun hujan. Untungnya, kami masih terfokus untuk merencanakan pembuatan identitas FASB. Jadi, kami tidak merencanakan pergi keluar Panawuan. Deni sedang membuat beberapa sketsa tentang tema kampanye untuk didiskusikan nanti kepada para relawan. Belum tentu konsep yang disketsakan tadi akan dipakai, tapi nanti sepertinya akan menjadi bahan diskusi yang menarik dengan para relawan. Saya pergi ke beskem Lebak ingin melihat-lihat data laporan hasil rembug warga yang ternyata masih belum beres juga. Saya mengerti, memang sepertinya butuh waktu yang cukup lama untuk membuatnya.
Ketika sampai di beskem, ada Mang Dede, ketua RW O7 dan ketua relawan Panawuan Lebak (PanLeb) sedang membaca koran sambil tiduran. Ternyata, Pak RW yang jenius ini baru pulang dari sawah yang katanya pulang karena hujan. Yups, menurut saya beliau memang jenius. Dialah yang membuat alat peraga simulasi bencana beberapa bulan ke belakang yang katanya membuat kagum para tamu yang datang saat acara simulasi bencana diadakan. Dialah ‘motornya’ PanLeb. Saya lihat, bapak ini senang membuat tulisan-tulisan di kertas yang tercecer di beskem. Hebat saya pikir, harusnya anak muda yang berpikir seperti beliau.
Adzan dzuhur tiba, saya masih mengajari Feri yang nanya ini itu mengenai Photoshop. Feri memang termasuk yang paling jago Corel dan Photoshop daripada yang lainnya. Kami senang melihatnya punya semangat belajar desain. Mang Dede tiba-tiba menyodorkan sebuah sketsa untuk logo FASB. Menarik, karena ternyata gambarnya hampir mirip dengan konsep yang saya pikirkan (yang gambarnya sudah dibuat oleh Deni). Hanya berbeda sudut pandang berpikirnya.
Hari ini memang cukup menyenangkan, karena ternyata niat untuk mengumpulkan setidaknya perwakilan dari ketiga beskem dapat terwujud. Malah saya sangat kaget ternyata banyak juga yang hadir melebihi perkiraan saya. Pertemuan dijadwalkan setelah sholat maghrib. Umed juga hadir sebagai “penghangat” (hehe....). Wacana yang didiskusikan ternyata lebih banyak (dan lama) membahas tentang Visi dan Misi FASB. Tetapi sangat menarik, karena saya tidak menyangka akan “seserius” ini. Serius tapi santai, sambil makan bandros hehe....Cukup demokratis sepertinya, hampir semuanya terlibat dalam diskusi tersebut. Lagi-lagi, saya melihat sebuah proses. Proses, proses, proses.....mungkin itulah setidaknya yang bisa saya ambil sebagai pelajaran dari bidang desain yang selalu mendengungkan “proses” sekaligus sebagai “penyeimbang” atas anggapan tentang desain yang cenderung mengatasnamakan kapitalisme.
Ketika sampai di beskem, ada Mang Dede, ketua RW O7 dan ketua relawan Panawuan Lebak (PanLeb) sedang membaca koran sambil tiduran. Ternyata, Pak RW yang jenius ini baru pulang dari sawah yang katanya pulang karena hujan. Yups, menurut saya beliau memang jenius. Dialah yang membuat alat peraga simulasi bencana beberapa bulan ke belakang yang katanya membuat kagum para tamu yang datang saat acara simulasi bencana diadakan. Dialah ‘motornya’ PanLeb. Saya lihat, bapak ini senang membuat tulisan-tulisan di kertas yang tercecer di beskem. Hebat saya pikir, harusnya anak muda yang berpikir seperti beliau.
Adzan dzuhur tiba, saya masih mengajari Feri yang nanya ini itu mengenai Photoshop. Feri memang termasuk yang paling jago Corel dan Photoshop daripada yang lainnya. Kami senang melihatnya punya semangat belajar desain. Mang Dede tiba-tiba menyodorkan sebuah sketsa untuk logo FASB. Menarik, karena ternyata gambarnya hampir mirip dengan konsep yang saya pikirkan (yang gambarnya sudah dibuat oleh Deni). Hanya berbeda sudut pandang berpikirnya.
Hari ini memang cukup menyenangkan, karena ternyata niat untuk mengumpulkan setidaknya perwakilan dari ketiga beskem dapat terwujud. Malah saya sangat kaget ternyata banyak juga yang hadir melebihi perkiraan saya. Pertemuan dijadwalkan setelah sholat maghrib. Umed juga hadir sebagai “penghangat” (hehe....). Wacana yang didiskusikan ternyata lebih banyak (dan lama) membahas tentang Visi dan Misi FASB. Tetapi sangat menarik, karena saya tidak menyangka akan “seserius” ini. Serius tapi santai, sambil makan bandros hehe....Cukup demokratis sepertinya, hampir semuanya terlibat dalam diskusi tersebut. Lagi-lagi, saya melihat sebuah proses. Proses, proses, proses.....mungkin itulah setidaknya yang bisa saya ambil sebagai pelajaran dari bidang desain yang selalu mendengungkan “proses” sekaligus sebagai “penyeimbang” atas anggapan tentang desain yang cenderung mengatasnamakan kapitalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar